Anak Kreatif |
Dia juga membawa anaknya yang juga sama aktifnya. (namanya juga anak-anak). Si anak mengambil sebungkus makanan ringan dan tanpa disadarinya menjatuhkan beberapa barang dari rak yang membuatnya berserakan di lantai. Si ibu menegur si anak dengan mengatakan, "Itu perbuatan bodoh. Hati-hati kalau mengambil benda." (Diceritakan kembali dari buku Ajahn Brahm: Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya.)
Ibu yang pertama melabelkan "BODOH" pada anaknya sementara ibu kedua mengajarkan anaknya untuk tidak berbuat "BODOH".
Penting sekali untuk mengajarkan anak apa yang baik dilakukannya dan menunjukkan hal-hal yang dia dapat untuk tidak melakukannya. namun jika kita mencap si anak dengan perkataan tertentu apalagi kata-kata seperti "anak bodoh" "anak durhaka" "pemalas" dsb, itu artinya sama saja kita membentuk anak tersebut sesuai kata-kata tersebut. Miris sekali bukan? Apalagi kalau anak tersebut anak kita sendiri.
Walaupun kadang apa yang dilakukan si anak tidak sesuai dengan yang kita kehendaki, haram hukumnya mencap si anak dengan kata-kata yang tidak pantas. Alih-alih kita dapat menunjukkan bahwa perbuatan yang dilakukannya tersebut tidak pantas untuk dilakukan. Maka dalam hal ini yang tidak baik adalah perbuatannya. Bukan si anak itu sendiri.
Mengapa itu sangat penting? Oh ya jelas sangat teramat penting. Karena....
Tahukah anda bahwa bagaimana cara berpikir kita sebagai oranng dewasa sangat ditentukan beberapa tahap perkembangan mental yang bahkan dimulai sebelum pembentukan embrio sampai dengan masa kanak-kanak usia 7 tahun.
Kemampuan akademis seorang anak, tingkat kecerdasannya dalam menghadapi persoalan hidup, kemampuan-kemampuan produktifitasa, kerentanan terhadap stress dan banyak faktor psikologis lainnya yang sangat berpengaruh terhadap mutu kehidupan yang dapat diraihnya bergantung banyak dari bagaimana ia dididik. Dan pendidikan yang paling utama bukanlah matematika dan sains, tapi mentalitas.
Jangan pernah mengucapkan "ah itu cuma sugesti." Karena sugesti itu adalah segala-galanya. Saya ulangi, "SUGESTI itu adalah segala-galanya."
Banyak diantara kita orang-orang dewasa yang sebenarnya memiliki potensi yang jauh melebihi apa yang kita kira kita miliki. Sangat banyak orang-orang ber IQ tinggi yang cuma jadi pegawai rendahan jika tidak dikatakan miskin, apalagi untuk tingkat pendidikannya. Itu karena apa? Banyak ditentukan bagaimana seseorang memandang ke dalam dirinya sendiri. Tentang label-label yang ia terima yang kebanyakan didapat dari perkataan-perkataan orang-orang terdekat seseorang terutama pada masa ia 7 tahun ke bawah.
Seseorang anak ber IQ tinggi dapat sangat sulit mengerjakan soal-soal Matematika yang relatif mudah jika saja dulu ia pernah sangat ketakutan dan menerima perkataan seperti "Kamu ini anak bodoh, soal matematika mudah saja kamu tidak bisa!" ditujukan untuk dirinya. Begitu juga jika ia sebagai orang yang sebenarnya memiliki potensi yang baik sewaktu kecil menerima perkataan dari orang tuanya seperti ini, "Kita ini orang susah, cari uang itu sulit." besar kemungkinan anak tsb pada masa dewasanya benar-benar akan kesulitan di bidang finansialnya.
Dan hal-hal lain sebagainya. Ketahuilah: "Bagaimana kita hidup ditentukan oleh pikiran kita."
Jadi selalulah berkata baik untuk diri sendiri. Jangan pernah memberi label apapun kepada seorang anak apalagi label yang buruk Biarkan mereka tumbuh dewasa atas pilihan-pilihan mereka sendiri. Jika ada perbuatan mereka yang kurang ajar, katakan pada mereka bahwa perbuatan itu ynag kurang ajar atau tidak sopan, jangan katakan bahwa merekanya yang kurang ajar. Maka lain waktu nak tersebut tidak akan mengulanginya, atau paling tidak pada masa yang akan datang. Jika seorang anak melakukan hal-hal yang mungkin kita sebut bodoh, katakan padanya bahwa perbuatannya yang bodoh, jangan katakan pada mereka bahwa mereka bodoh.
Bagaimana konsep diri kita menentukan bagaimana hidup kita.
Teddy Amry
Bacaan lebih lanjut:
Psikologi Positif
Peran Orangtua Menunjang Keberhasilan Hidup Anak