Senin, 05 Desember 2016

Perbedaan Peduli dengan Kepo



Peduli dan kepo itu beda!


Seorang teman dekat yang mengenalmu cukup baik menanyakan kabarmu, apakah kamu menjalankan pekerjaanmu dengan baik, apakah kamu mengikuti saran dokter, apakah kamu punya masalah yang dia bisa bantu, itu pertanda ia peduli. Seorang teman yang melarang kamu mengenakan pakaian tertentu karena menurutnya kamu akan terlihat kurang baik bagi kebanyakan orang dan itu berlandaskan atas penilaian objektif, itu berarti ia peduli. Namun teman yang sama melakukan hal yang sama namun atas dasar yang subjektif sementara pendapat kamu adalah objektif dan berdasar kepada hal-hal yang lebih dapat diterima akal sehat, berarti sikap teman kamu dapat dikategorikan kepo.
Jika ada orang yang tidak begitu kamu kenal mengatakan kepadamu seharusnya kamu tidak membeli suatu produk yang kamu suka, mengatakan bahwa pilihan kamu salah tanpa tahu alasannya, mengatakan bahwa kamu memiliki selera musik dan busana yang buruk, itu disebut kepo. Namun jika orang yang sama mengatakan kepada kamu jangan lewat jalan tertentu karena macet, terjadi kecelakaan, atau ada demonstrasi besar-besaran; jangan duduku di bangku taman itu karena catnya masih basah; jangan berdiri di suatu tempat karena itu lokasi berbahaya; ia atau mereka bukan orang yang kepo, mereka peduli, nhakan kepada orang yang tidak mereka kenal.
Tingkat kedekatan hubungan, kenal atau tidak, memiliki hubungan darah atau tidak, sedekat apa hubungan psikologis tentu berpengaruh apakah suatu tindakan atau ucapan termasuk kepedulian atau kekepoan. Namun tidak selalu mutlak seperti itu.
Hubungan profesional contohnya: Jika atasanmu mengatakan kepadamu jangan mengenakan kemeja di hari jumat atras dasar jadwalnya setiap jumat semua pegawai mengenakan batik, tentunya ia memiliki hak untuk itu. Bahkan tindakannya tidak dikategorikan kepedulian ataupun kekepoan. Itu merupakan wewenangnya, tanggung jawab sekaligus hak. Namun orang yang sama mengatakan kepadamu kamu tidak boleh memilih pasangan dari etnis tertentu karena ia pernah disakiti oleh orang dari etnis tersebut, tentunya ini dapat dikategorikan kepo.
Teman asramamu melarang kamu mendengarkan musik tertentu melalui earphones kamu dengan pemutar musikmu sendiri karena musik yang kamu dengar itu bukan seleranya, tentunya itu kepo. Namun orang yang sama melarang kamu mendengarkan musik pukul 12 malam saat selayaknya kebanyakan orang tidur dan ia juga sedang begadang atas tugasnya dan memerlukan fokus, itu bukan kepo, itu hak.
Kita menghargai hak, keadaan dan kewajiban semua orang. Kita peduli kepada orang lain tanpa mencampuri urusan mereka. Kita berhak melakukan apa yang kita ingin lakukan selama tidak mengganggu hak orang lain. Kita dapat peduli kepada keluarga, teman, tetangga atau siapa saja. Namun kita juga harus tahu kapasitas dan tingkat pemahaman kita atas sesuatu hal.
Jika kita memiliki teman yang mengalami kesulitan mungkin secara keuangan dan kita lebih baik dalam hal itu, tentu kita peduli kepadanya jika ia menerimanya. Namun jika ia berpendapat kita mengasihaninya dan ia termasuk orang yang tidak suka dikasihani, maka kita hargai sikapnya.
Kita tidak berhak melarang orang lain untuk makan saat kita sedang diet. Kita tidak berhak memaksa orang lain untuk berolah raga jika kita suka berolah raga. Kita tidak punya wewenang menghakimi bahwa selera musik seseorang rendah karena itu menurut kita. Kita tidak berhak membenci orang karena ia melakukan hal yang menurut kita tidak baik selama itu tidak berhubungan dengan kita. Namun kita berhak melarang orang yang berdiri di pintu saat kita dan semua orang lain hendak masuk. Kita berhak melarang orang menyerobot antrian. Kita berhak melarang orang yang berbagi toilet dengan kita untuk tidak makan makanan tertentu yang dapat menyebarkan bau menyengat.
Peduli dan kepo itu memang terkesan tipis bedanya.
1. Idealnya: Jadi orang peduli namun jangan kepo.
2. Jika tidak mau peduli jangan kepo.
3. Jika kamu kepo, selalulah peduli.
4. Jangan jadi orang yang tidak peduli namun kepo setiap waktu. (the worst type)

"Jangan suka ngurusin orang lain. Ingat! Belum tentu orang itu mau kurus."


Kamis, 24 November 2016

Musik Indonesia Kini


Artikel ini ditulis pada bulan November 2016.

Perkembangan musik Indonesia kini menunjukkan kebangkitan mutu yang berarti dibanding 10 tahun sebelumnya.

Dari apa yang saya perhatikan, musik Indonesia kembali dipenuhi musisi dan penyanyi bermutu semenjak 2014. Sebenarnya Indonesia memiliki banyak musisi dan penyanyi yang sangat baik mutunya dan di saat yang sama dapat diterima masyarakat secara komersial.
Di era 90an hingga awal 2000an, ada begitu banyak musisi dan penyanyi Indonesia yang menghasilkan karya yang baik secara mutu dan menguntungkan secara pasar. Keadaan ini tidak hanya didominasi pasar dalam negeri namun juga mendapat tempat di luar negeri khususnya negara tetangga. Bahkan ada beberapa lagu Indonesia yang dialih bahasakan di Taiwan dan India.
Namun sekitar tahun 2003/2004 muncul banyak kelompok musik yang menurut saya menghasilkan karya yang bermutu rendah. Namun herannya sangat mendapat tempat di masyarakat saat itu.  Tentu ada banyak juga kalangan yang tidak dapat mengapresiasi mutu musik mereka. Namun secara dominan di banyak stasiun televisi dan acara seperti konser, para kelompok musik atau band tersebut sangat diinginkan.

Terpengaruh oleh Musik Korea yang juga terpengaruh musik Hip Hop Amerika, muncul banyak kelompok vokal atau boyband dan girlband dimulai oleh SMASH di tahun 2010. Perlahan para band yang sebelumnya mendominasi harus berbagi lahan. Namun berbeda dengan korea di mana para boyband dan girlband dipersiapkan secara super serius, boyband dan girlband di Indonesia kebanyakan mengandalkan hanya satu lagu yang dibawakan oleh anggota boyband dan girlband yang hanya menempatkan profesi mereka hanya sampingan dari kuliah ataupun sementara. Di Korea di mana para boyband dan girlband masih berjaya dengan banyak karya mereka, di Indonesia para boyband dan girlband hanya mampu bertahan hingga 2013.

Sejak kemunculan penyanyi seperti Raisa, Tulus, Rizky Febian dan Isyana, musik Indonesia seperti mendapat masanya kembali. Setidaknya menurut pengamatan saya. Lagu-lagu mereka lebih ringan untuk didengar, memuat syair dengan kata dan ungkapan yang lebih estetik namun juga mudah dimengerti. Ini yang saya suka. Musik adalah seni dan seni sepantasnya tidak frontal. Seni memerlukan penghayatan untuk dimengerti dan apresiasi untuk dinikmati.

Ketika melihat peringkat penjualan single dan album di penjualan online (dalam hal ini iTunes), sejak 2 tahun belakan ini menunjukkan bahwa mutu musik Indonesia telah kembali. Musik Indonesia dapat diapresiasi kembali secara mutu. Terima kasih untuk para musisi dan penyanyi Indonesia saat ini yang mampu berkarya dengan nilai seni dan diterima secara pasar.
 

Teddy Amry Powered by Blogger